Pertanyaan:
Syaikh yang terhormat, saya sering ketinggalan Salat Subuh, sehingga aku Salat Subuh setelah matahari terbit ketika aku hendak pergi kerja. Hal ini terjadi berulang kali. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat agar dapat menjaga pelaksanaan salat pada waktunya?
Jawaban:
Lakukan beberapa hal berikut:
[PERTAMA]
Tidurlah lebih awal. Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum isya dan tidak menyukai berbincang-bincang setelah isya, agar seseorang tidur lebih awal sehingga dapat bangun lebih awal. Ini yang pertama.
[KEDUA]
Kamu harus sudah berniat sebelum tidur serta bertekad dan berencana bahwa kamu akan bangun untuk mendirikan Salat Subuh. Sehingga ketika itu kamu akan lebih mudah untuk bangun tidur.
[KETIGA]
Gunakanlah alarm. Jam beker yang kamu letakkan di samping kepalamu agar dapat membangunkanmu. Jika kamu khawatir jika alarm itu berbunyi, kamu segera menekan tombol dan mematikannya, lalu kamu melanjutkan tidur, maka letakkanlah jam itu agak jauh sedikit. Ada sebagian orang–karena perhatiannya yang besar terhadap salat–meletakkan jam beker di toples kaleng. Kalian tentu tahu toples kaleng. Ia meletakkannya agak jauh darinya. Ini agar suara jam itu menjadi lebih keras, sehingga dia bisa terbangun. Lakukan ini, tidak masalah!
[KEEMPAT]
Jika ini semua juga masih susah bagimu, maka letakkanlah telepon di samping kepalamu, jika kamu punya telepon. Lalu katakan kepada salah satu saudaramu, “Jika azan subuh telah berkumandang, maka teruslah bangunkan aku!” Intinya, seseorang dapat melakukan banyak hal yang dapat menjadi perantaranya untuk bangun tidur, sehingga dia dapat mendirikan Salat Subuh pada waktunya.
Barang siapa yang membiasakan dirinya bermalas-malasan, maka dia akan tetap malas. Adapun hukum salat yang dikerjakan di luar waktunya, jika dia sengaja melakukan ini, maka salatnya tidak diterima. Tidak sah, meskipun dia salat seribu kali. Berdasarkan sabda Nabi, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan perintah kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim) Yakni tertolak darinya.
====
فَضِيلَةَ الشَّيْخِ تَفُوتُنِي صَلَاةُ الْفَجْرِ كَثِيرًا وَلَا أُصَلِّي إِلَّا بَعْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ إِذَا أَرَدْتُ أَنْ أَذْهَبَ لِدَوَامِي وَهَذَا الْأَمْرُ قَدْ يَتَكَرَّرُ مِرَارًا فَهَلْ عَلَيَّ شَيْءٌ؟ وَمَاذَا أَصْنَعُ لِكَيْ أُحَافِظَ عَلَى الصَّلَاةِ فِي وَقْتِهَا؟
اِصْنَعْ أُمُورًا
الْأَمْرُ الْأَوَّلُ أَنْ تَنَامَ مُبَكِّرًا أَنْ تَنَامَ مُبَكِّرًا وَلِهَذَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيْثَ بعْدَهَا لِأَجْلِ أَنْ يَنَامَ الْإِنْسَانُ مُبَكِّرًا حَتَّى يَسْتَيْقِظَ مُبَكِّرًا هَذِهِ وَاحِدَةٌ
ثَانِيًا أَنْ يَكُونَ عِنْدَكَ نِيَّةٌ عِنْدَ النَّوْمِ وَعَزْمٌ وَتَصْمِيْمٌ عَلَى أَنَّكَ سَوْفَ تَقُومُ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ فَحِيْنَئِذٍ سَوْفَ يَسْهُلُ عَلَيْكَ الْقِيَامُ
ثَالِثًا أَنْ تسْتَعْمِلَ مُنَبِّهًا سَاعَةٌ تَجْعَلُهَا عِنْدَ رَأْسِكَ تُنَبِّهُكَ وَإِنْ خَشِيْتَ أَنَّهَا إِذَا صَوَّتَتْ غَمَسْتَهَا وَسَكَتَّهَا وَبَقِيْتَ نَائِمًا أَبْعِدْهَا عَنْكَ قَلِيْلاً وَكَانَ بَعْضُ النَّاسِ مِنْ حِرْصِهِ عَلَى الصَّلَاةِ يَجْعَلُ السَّاعَةَ الْمُنَبِّهَةَ فِي تَنَكَةٍ تَعْرِفُونَ التَّنَكَةَ وَيُبْعِدَهَا عَنْهُ مِنْ أَجْلِ أَنْ يَكُونَ صَوْتُهَا قَوِيًّا حَتَّى يَقُومَ اِفْعَلْ هَذَا مَا فِي مَانِعٍ
رَابِعًا إِذَا لَمْ يَتَيَسَّرْ لَكَ هَذَا فَاجْعَلْ التِّلِفُونَ عِنْدَ رَأْسِكَ إِن كَانَ عِنْدَكَ التِّلِفُونُ وَقُلْ لِأَحَدِ إِخْوَانِكَ إِذَا أَذَّنَ الْفَجْرَ فَالْزَمْ عَلَيَّ الْمُهِمُّ أَنَّ الْإِنْسَانَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَفْعَلَ الْأَسْبَابَ الَّتِي يَتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى الِاسْتِيقَاظِ حَتَّى يُؤَدِّيَ صَلَاةَ الْفَجْرِ فِي وَقْتِهَا
وَمَنْ عَوَّدَ نَفْسَهُ الْكَسَلَ فَإِنَّهُ لَنْ يَزَالَ عَلَى كَسَلٍ أَمَّا الصَّلَاةُ فِي غَيْرِ وَقْتِهَا فَإِنْ كَانَ يَتَعَمَّدُ هَذَا فَصَلَاتُهُ غَيْرُ مَقْبُولَةٍ مَرْدُودَةٌ عَلَيْهِ وَلَوْ صَلَّى أَلْفَ مَرَّةٍ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ أَيْ مَرْدُودٌ عَلَيْهِ